- Sekwan DPRD Lampung Tina Malinda Raih Satya Lencana Adhitya Karya dari Karang Taruna
- Tunggakan PKB di Lampung Sampai 3 Triliun Termasuk Ribuan Kendaraan Perusahaan Jumbo Banyak Nunggak
- Muhaimin Iskandar Sebut Menag Yaqut Buzzer Gegara Cawe-cawe Soal Pilpres
- Magang di PT United Tractors Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unila Raih Best Intern PT UT Program MSIB
- Rektor Unila Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani Pimpin Upacara Hari Kesaktian Pancasila
- Mahasiswi FEB Unila Meriana Berbagi Pengalaman Kuliah di UPNVJT Lewat Program PMM
- Unila Hadirkan Dua Perwira Dari Kemhan RI di Acara Peringati Hari Kesaktian Pancasila
- Ganjar Crivisaya Adakan Senam Zumba Bersama Masyarakat Kabupaten Lampung Selatan
- Pelayanan RSUDAM Dikeluhkan, Buat Surat Kesehatan dan Bebas Narkoba Dipatok Rp 300 Ribu
- Surya Paloh Bunkam Soal Temuan Uang Miliaran dan Senpi di Rumah Dinas Mentan Syarul Yasin Limpo
Diakusisi Elon Musk Pendapatan Twitter Merosot, Volkswagen Berhenti Pasang Iklan

Keterangan Gambar : Diakusisi Elon Musk Pendapatan Twitter Merosot, Volkswagen Berhenti Pasang Iklan
Berjayanews.com,- Pasca diakusisi Elon Musk Twitter dikabarkan mengalami penurunan pendapatan drastis
Hampir semua pendapatan Twitter saat ini berasal dari iklan dan Volkswagen (VW) termasuk di antara jenama yang berhenti memasang iklannya sejak Musk membeli perusahaan media sosial itu.
Pemilik Twitter Elon Musk pun menyalahkan "kelompok aktivis yang menekan para pengiklan" atas "anjloknya pendapatan" saat perusahaan tersebut melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal untuk menghemat biaya.
Baca Lainnya :
- Kisah Sultan Hassanal Bolkiah Pesta Ulang Tahun, Undang Michael Jackson, Tamu Dapat Souvenir Emas0
- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Akan Bicara dengan Elon Musk Soal Biaya Centang Biru di Twitter0
- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Dimarahi Presiden AS Joe Biden Gegara Terlalu Nyinyir0
- Memilukan Korban Tragedi Pesta Halloween di Itaewon Korea Selatan Menjadi 151 Orang0
- Penipuan Game Online Golden Farm Biz Dapat Uang Gratis 0
Sang miliarder dan pemilik Tesla mengetwit bahwa para “aktivis” yang mengangkat kekhawatiran mengenai cara Twitter dimoderasi sedang “berusaha menghancurkan kebebasan berbicara di Amerika”.
Komentar tersebut muncul saat Twitter melakukan PHK secara luas di seluruh dunia pada hari Jumat (04/11).
Berbagai laporan menyebutkan bahwa ribuan staf kehilangan pekerjaan mereka.
Yoel Roth, kepala divisi keamanan dan integritas Twitter, tampaknya mengonfirmasi dalam sebuah utas Twitter bahwa "kira-kira 50%" dari tenaga kerja Twitter telah di-PHK di seluruh perusahaan.
Ia menambahkan bahwa hampir 2000+ moderator konten yang "bertugas memeriksa konten di garis depan tidak terdampak" oleh PHK.
Ia bersikeras bahwa semua pegawai yang di-PHK ditawari pesangon sebesar tiga bulan gaji, "yang 50% lebih besar dari yang diwajibkan oleh hukum".
Menanggapi topik moderasi konten, ia berkata "komitmen kuat" Twitter tetap "tidak berubah sama sekali".
Banyak kelompok dan aktivis keamanan berinternet telah mengungkapkan kekhawatiran tentang rencana Musk untuk melonggarkan moderasi konten dan membalikkan larangan permanen yang diberikan Twitter kepada sejumlah sosok kontroversial, termasuk mantan presiden AS Donald Trump.
Sebuah email internal yang dikirimkan kepada para staf Twitter pada hari Jumat (04/11) mengatakan PHK massal "sayangnya diperlukan untuk memastikan kesuksesan perusahaan di masa depan".
Para staf mengonfirmasi di Twitter bahwa mereka telah dikeluarkan dari laptop kerja dan Slack, sistem perpesanan untuk kantor.
Banyak staf mengungkap bahwa mereka telah dipecat di berbagai divisi platform itu, memberi gambaran akan PHK di berbagai belahan dunia dan berdampak pada banyak departemen mulai dari pemasaran sampai enjinering.
Divisi yang terdampak PHK meliputi komunikasi, kurasi konten, dan pengembangan produk.
Sebuah tim yang fokus pada riset tentang bagaimana Twitter menggunakan algoritme – isu yang menjadi prioritas Musk – juga dipecat, menurut sebuah twit dari mantan manajer senior perusahaan. Tetapi kabar itu belakangan disangkal.
"Kami memantau situasinya dengan saksama dan akan menentukan langkah berikutnya sesuai perkembangannya," kata produsen mobil terbesar di Eropa itu.
Pada hari Kamis (03/11), produsen makanan General Mills, pemilik jenama seperti Cheerios dan Lucky Charms, mengambil langkah yang sama.
Mereka mengatakan mereka terus memantau "arah baru" Twitter dan ingin "mengevaluasi belanja pemasaran [perusahaan]".
Jenama lainnya yang menghentikan sementara aktivitas berbayar di platform itu termasuk produsen mobil General Motors dan Audi, serta raksasa farmasi Pfizer.
Musk terus mencari cara untuk menghemat biaya dan menghasilkan uang dengan berbagai cara dari Twitter, termasuk rencana menerapkan ongkos langganan bulanan bagi para pengguna terverifikasi.
Ia juga mengusulkan bahwa mereka yang membayar $8 (Rp126.000) per bulan akan mendapatkan layanan tambahan yaitu Twit mereka akan didorong dalam balasan, sebutan, dan pencarian. Usulan ini menuai kritik dari beberapa orang di Twitter, yang mengatakan Musk menciptakan sistem dua tingkat yang akan menguntungkan mereka yang membayar.
Karyawan Twitter mengajukan gugatan class action pada hari Kamis (03/11) yang berargumen bahwa perusahaan itu melanggar undang-undang federal dan California, dengan melakukan PHK massal tanpa memberi kabar 60 hari sebelumnya.
Gugatan tersebut juga meminta pengadilan federal San Fransisco untuk memerintahkan Twitter agar tidak meminta karyawan yang di-PHK menandatangani dokumen yang melepaskan hak mereka tanpa memberi tahu mereka tentang kasus di pengadilan ini.
Shannon Liss-Riordan, pengacara yang mengoordinasikan kasus ini, mengatakan: "Kami mengajukan komplain ini ke pengadilan federal untuk memastikan bahwa Twitter akan dimintai pertanggungjawaban pada hukum kami, dan untuk menolong karyawan Twitter dengan membantu mereka memahami hak-hak mereka."
Twitter tidak menanggapi permintaan komentar dari BBC.