Empat Desa Wisata yang Wajib Dikunjungi Jika Berkunjung di Mandalika

By Ony 09 Mar 2022, 11:53:47 WIB Wisata


Keterangan Gambar : Istimewa (kompas.com)

BERJAYANEWS.COM- Nama Mandalika tengah jadi perbincangan di berbagai media.

Pasalnya, salah satu seri ajang balap motor internasional, MotoGP 2022, dihelat di sana. Tepatnya, di Sirkuit Mandalika, Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 18-20 Maret 2022.

Sebelumnya, Mandalika sempat jadi tuan rumah berbagai kompetisi bergengsi.

Baca Lainnya :

Sebut saja, TNI Mandalika International Marathon 2018, Trip of Indonesia (TROI) 2019, Moto Cross 2019, Mandalika Off Road Championship 2019, Mandalika Association Hotel (MAH) Open 2020 Surfing Competition, serta World Superbike 2021.

Beragam alasan membuat Mandalika kerap didapuk menjadi tuan rumah berbagai acara seru. Salah satunya, kawasan ini, termasuk sekitarnya, memiliki alam, seni, dan budaya yang menarik.

Seluruh khazanah ini pun semakin mempertegas citra #WonderfulIndonesia di mata dunia. Apalagi, Pulau Lombok sudah familier di telinga pelancong domestik dan mancanegara.

Setidaknya, ada empat destinasi wisata lain yang wajib dikunjungi selagi menonton gelaran MotoGP Mandalika 2022. Keempat lokasi itu adalah Desa Tetebatu, Desa Senaru, Desa Sesaot, dan Desa Bonjeruk.

Untuk diketahui, Desa Tetebatu merupakan salah satu wakil Indonesia dalam ajang lomba Desa Wisata Terbaik versi United Nation World Tourism Organization (UNWTO) pada 2021.

Sementara, Desa Sesaot, Bonjeruk, dan Senaru masuk ke dalam nominasi Anugerah Desa Wisata Indonesia pada tahun yang sama.

Lantas, apa saja keunikan dari masing-masing desa tersebut? Simak ulasan berikut.

Desa Tetebatu


Pemandangan Desa Tetebatu didominasi hamparan sawah nan hijau mirip seperti di Ubud, Bali.  Pemandangan Desa Tetebatu didominasi hamparan sawah nan hijau mirip seperti di Ubud, Bali.

Berada tepat di bawah kaki Gunung Rinjani, Desa Tetebatu tak hanya dilingkupi udara sejuk, tapi juga dibekali alam yang cantik. Salah satunya, pemandangan sawah nan hijau yang dibangun secara berundak mirip dengan persawahan di Ubud, Bali. Wisatawan pun bisa menjajal aktivitas bertani bareng warga setempat.

Selain panorama sawah, Desa Tetebatu juga memiliki air terjun unik yang tersembunyi di dalam gua, yakni Air Terjun Sarang Walet. Spot ini berjarak 2,8 kilometer (km) dari pusat kota. Kalau ditempuh dengan jalan kaki, waktu yang bakal dihabiskan kurang lebih 32 menit dengan melewati persawahan, menyusuri sungai, dan menuruni puluhan anak tangga.

Meski butuh tenaga ekstra, rasa lelah terbayarkan begitu tiba di Air Terjun Sarang Walet. Suasananya begitu asri dan tenang karena dikelilingi pepohonan. Kamu pun bisa berenang untuk menyegarkan diri.

Selain Air Terjun Sarang Walet, Desa Tetebatu juga masih punya spot air terjun dengan pemandangan tak kalah menarik. Sebut saja, Air terjun Ulem-ulem, Air Terjun Kokok Duren, Air Terjun Seme Deye, dan Air terjun Jeruk Manis.

Sebagai desa wisata, Desa Tetebatu juga punya khazanah budaya. Di sini, kamu bisa belajar tentang pembuatan tembakau, kopi, dan minyak kelapa, serta beragam rempah khas Lombok secara tradisional.

Soal akomodasi, kamu tak perlu khawatir. Pasalnya, desa yang terletak di Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, itu sudah menyediakan beberapa fasilitas penunjang bagi para wisatawan. Contohnya, homestay dan rumah makan.

Desa Senaru



Para penari Tarian Bisoq Menik. Para penari Tarian Bisoq Menik.

Sama seperti Desa Tetebatu, Desa Senaru pun berada di kaki Gunung Rinjani. Karena itu, pemandangan di sana juga menakjubkan. Air terjun menjadi salah satu daya tarik desa yang terletak di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, tersebut.

Setidaknya, ada dua air terjun yang wajib dikunjungi di Desa Senaru. Pertama, Sindanggile. Air terjun ini yang berjarak 3,3 km atau 7 menit dengan berkendara dari pusat desa ini memiliki ketinggian 31 meter (m).

Kedua, Tiu Kelep yang berlokasi 2,5 km dari pusat desa. Ketinggian air terjun ini mencapai 42 m dan bersembunyi di antara pepohonan.

Selain alam, seni dan budaya Desa Senaru juga menarik untuk ditelisik. Pasalnya, masyarakat setempat masih menjaga tradisi leluhurnya. Salah satunya adalah Tari Bisoq Menik atau tari mencuci beras yang ditampilkan pada acara adat Bayan.

Dalam ritual Bisoq Menik, para perempuan berjalan beriringan dengan pakaian khas desa menuju sungai yang airnya hanya digunakan untuk keperluan ritual adat.

Kemudian, ada pula Cupak Gerantang. Kesenian ini dibawakan oleh dua penari. Masing-masing merupakan representasi dari sifat manusia, yakni baik (gerantang) dan buruk (cupak).

Desa Senaru begitu menjaga warisan kekayaan leluhur. Hal ini terlihat dari bangunan yang digunakan masyarakat setempat, baik untuk tempat tinggal maupun sebagai sarana umum.

Untuk rumah, masyarakat desa tersebut masih menggunakan rumah adat khas Lombok dengan empat atau enam tiang dan berfondasi batu atau tanah liat. Sementara, atap dan dindingnya menggunakan bambu atau alang-alang.

Selain material dan struktur bangunan, denah tempat tinggal juga masih mengusung konsep tradisional. Hal ini terlihat dari keberadaan gazebo yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu.

Desa Senaru juga masih mempunyai masjid kuno yang berdiri sejak abad ke-16. Tempat peribadatan ini menjadi daya tarik kesekian dari desa tersebut.

Desa Sesaot



Di Desa Sesaot, banyak dijumpai bangunan-bangunan tradisional khas suku Sasak.  Di Desa Sesaot, banyak dijumpai bangunan-bangunan tradisional khas suku Sasak.

Desa Sesaot berada di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Desa yang berjarak 59 km dari Kuta Mandalika ini cocok sebagai opsi destinasi liburan, terutama bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana pedesaan dekat hutan.

Selain itu, desa tersebut juga pas bagi pencinta aktivitas outdoor, seperti trekking. Pasalnya, di Desa Sesaot terdapat Bukit Mangga dengan trek pendakian yang mudah untuk ditaklukkan.

Aktivitas ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena udara masih sejuk. Sembari berolahraga, wisatawan bisa menikmati kemegahan Gunung Rinjani beserta perbukitan di sekitarnya.

Bagi pencinta olahraga sepeda, apalagi penyuka trek-trek menantang, cobalah bersepeda ke Bukit Vetong. Ada banyak jalur ekstrem yang memacu adrenalin di bukit yang berjarak 3 km dari pusat desa ini.

Selain dianugerahi bentang alam yang menawan, Desa Sesaot juga sarat akan seni dan budaya karena merupakan salah satu kawasan tempat tinggal suku Sasak. Wisatawan bisa melihat langsung pembuatan kain tenun khas suku tersebut dan atraksi kesenian Gendang Baleq.

Bahkan, bila beruntung, wisatawan dapat menyaksikan upacara adat Pambayun, yakni serah terima lamaran yang menjadi tradisi turun-temurun masyarakat suku Sasak.

Desa Bonjeruk

Salah satu bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh di Desa Bonjeruk. Salah satu bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh di Desa Bonjeruk.

Bonjeruk merupakan desa tertua di Lombok Tengah yang berdiri pada 1886 dan pernah jadi pusat pemerintahan Hindia Belanda di kawasan tersebut. Namun, beredar pula kabar bahwa eksistensi desa ini sudah ada sejak 1852.

Sisa-sisa peradaban kolonial di Desa Bonjeruk pun masih berdiri kokoh hingga kini. Salah satu bangunan yang paling menarik perhatian adalah gapura bertuliskan

“Bondjeroek den 10 mei 1933”. Gapura ini merupakan gerbang menuju rumah bergaya art deco peninggalan Hindia Belanda. Oleh penduduk setempat, kesatuan bangunan itu disebut Gedeng Beleq.

Ada beragam aktivitas menarik yang bisa dilakukan saat menyambangi Desa Bonjeruk, selain belajar sejarah. Salah satunya, minum kopi sangrai sambil menikmati panorama persawahan dan suasana khas pedesaan. Terdapat tiga jenis kopi sangrai yang bisa dipilih, yaitu sangrai kayu manis, sangrai pasir, dan sangrai beras.

Jika ingin mengeksplorasi kuliner yang lebih bervariasi, coba berkunjung ke Pasar Bambu. Beragam hidangan, mulai dari kudapan hingga makanan berat, tersedia di pusat kuliner yang buka setiap hari ini.

Aktivitas menarik selanjutnya yang bisa dilakukan di Desa Bonjeruk adalah mencicipi buah yang baru dipetik di kebun desa serta bersepeda di antara perkebunan dan persawahan. Bahkan, wisatawan berkesempatan menjajal kebiasaan masyarakat setempat, seperti bermain gasing dan egrang, serta membaca lontar.

Nah, itulah empat rekomendasi desa wisata yang bisa dikunjungi saat menonton MotoGP Mandalika 2022. Jangan lupa untuk #BeliKreatifLokal saat berkunjung ke sana, seperti kain tenun dan kopi. (sumber kompas.com)




Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.

Loading....