Kisah Nyata Kumpulkan Rp 200 Juta Selama 3 Bulan Demi Menolong Mualaf yang Wafat Meninggalkan Hutang

By ryan 09 Des 2022, 10:18:16 WIB Dunia Islam


Berjayanews.com,-Cerita nyata ini diambil dari tulisan dr. Akhada Maulana, Sp.U yang diposting dalam cuitan twitter pribadinya @akhadam77. 

Dalam cuitan yang diposting 6 Des 2022 tersebut, Akhada Maulana mengangkat kisah perjuangan Mualaf Center Indonesia (MCI) Nusa Tenggara Barat (NTB) membantu seorang mualaf di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang wafat meninggalkan hutang sebesar Rp 250 juta dalam waktu 3 bulan.

Pengalaman dr. Akhada Maulana, Sp.U bermula saat ia dihubungi seorang dari Jakarta yang tidak dikenalnya.

Baca Lainnya :

Sang penelpon saat itu mengabarkan ada seorang mualaf di daerah Lombok, NTB,  baru saja meninggal dan hendak dimakamkan secara Islam.

Sang penelpon menghubunginya karena ia tahu bahwa Akhada Maulana, Sp.U merupakan Ketua MCI daerah NTB.  

"Dia telpon karena tahu saya ketua MCI NTB. Saya jawab akan cari info dulu. Dua hari kemudian hari Jum'at saya ditelpon tuan guru (kyai) dari salah satu pesantren, dia bilang minta MCI NTB mengambil jenazah mualaf.

"Ternyata sampai di pesantren itu, mualaf tersebut adalah orang yang sama dengan yang disampaikan penelpon dari Jakarta yang menelpon saya," tulis Akhada Maulana, Sp.U di akun twitter pribadi seperti dikutip berjayanews.com, Jumat 9 Desember 2022

Akhirnya Akhada Maulana bersama rombongan berangkat ke Pesantren tersebut membawa Ambulans.

Namun sampai di lokasi, ternyata informasi yang sebelumnya mereka dapat bahwa keluarga besar mualaf akan menyerahkan jenazah secara sukarela tidak benar. 

"Akhirnya kami negosiasi. Saya didampingi lawyer MCI, tuan guru, serta dari FKUB negosiasi dengan keluarga, perangkat dusun, tetangga-tetangga keluarga mualaf, dengan kawalan pihak kepolisian. Sampai anak jenazah dari mantan istri yang pertama juga dihadirkan," ungkapnya.

Setelah negosiasi yang berlangsung hingga malam hari sambil menunggu sang anak almarhum yang berada di Kabupaten lain, didapatkan fakta mualaf tersebut ternyata pernah menikah dan memiliki dua anak kemudian bercerai. 

Namun sambung dia, setelah itu almarhum menikah lagi dan kemudian mengalami sakit lalu dibawa keluarga istri kedua ke pulau lain.

Saat ketika sakit menjelang ajal keluarga istri keduanya tersebut meminta keluarga mualaf yang non muslim tersebut membawa mualaf yang tengah sakit itu dibawa ke Lombok. 

Tetapi hanya beberapa jam di rumah keluarganya yang non muslim tersebut sang mualaf meninggal dalam keadaan muslim. Karena beliau berada di rumah keluarganya yang non muslim jenazah mualaf tersebut oleh pihak keluargnya hendak dimakamkan bukan secara Islam.

"Dalam diskusi yang alot itu si anak sempat bertanya apa hak MCI mau ambil jenazah ayahnya. Kami jawab, karena beliau muslim, maka kewajiban kami sebagai saudara untuk memakamkan beliau secara Islam," terangnya .

Akhada Maulana menjelaskan dalam diskusi tersebut keluarga jenazah kemudian berembug dan mereka menyampaikan kepada tim MCI jika memang MCI adalah saudara seagama (Islam),  maka mereka meminta MCI mau menanggung beban jenazah.

"Saya jawab, siap. Kemudian adik mualaf tersebut bilang kalau kakaknya punya hutang ratusan juta dan sebagian ditanggung keluarga. Adik mualaf itu bilang kalau memang MCI saudara kakak kami, siap membayar utang itu. Saya jawab, siap. saya tanya berapa, mereka jawab Rp 250 juta. Kami kaget saat itu," ungkapnya

Namun setelah berembug dengan ulama, akhirnya pihak MCI menyanggupinya.

"insha Allah siap,  tapi kami saat itu minta waktu 3 bulan. Dengan disaksikan pemerintah setempat dan FKUB, akhirnya kami menandatangani surat kesepakatan, malam itu jenazah bisa kami bawa untuk dimakamkan secara Islam. Saya langsung tancap gas praktek," jelasnya 
 

"Habis itu. Sambil mikir gimana cara dapat 250 juta dalam waktu 3 bulan. Tapi kalau kita berniat menolong agama Allah, pasti Allah akan bantu kita juga. Jam setengah dua belas malam, saya mulai broadcast penggalangan dana. Paginya kami dah dapat 25 juta. Secara bertahap kami dapat uang," kata dia

Dia menjelaskan penggalangan dana saat itu dilakukan melalui salah satu lembaga zakat di Lombok. Dan secara bertahap uang yang dikumpulkan di bayarkan ke pihak keluarga.

Dan hubungan MCI dengan pihak keluarga juga sangat baik, karena adik dan kakak mualaf tersebut merupakan mantan pasiennya. Walau saat negosiasi sempat bersitegang.  

Hingga akhirnya kata dia tepat tiga bulan, dana yang terkumpul dari penggalangan baru mencapai Rp 200 juta. Namun dengan ijin Allah, pihak keluarga mualaf akhirnya mengikhlaskan sisa kekurangan hutang sebesar Rp 50 juta tersebut.

"Mereka pihak keluarga mualaf itu melihat broadcast- broadcast aksi penggalangan dana yang kami lakukan di medsos yang menunjukkan itikad baik MCI NTB membayar hutang almarhum kakaknya," kata Akhada Maulana .

Akhada melanjutkan ceritanya, pasca hutang mualaf dibayar lunas, sang adik almarhum sempat bercerita yang mengatakan bahwa kakaknya tersebut saat  gempa Lombok sibuk menggalang dana dari koleganya yang orang asing.

Kemudian almarhum mualaf tersebut menyalurkan dana-dana itu untuk membantu korban gempa bumi Lombok yang terjadi pada Agustus 2018 lalu.

"Disitu saya bilang kepada adiknya itu,  bahwa kami tidak kenal kakakmu. Tapi Allah yang menggerakan kami untuk menolong kakakmu. Mungkin disebabkan karena kakakmu dulu semasa hidup banyak membantu orang lain. Sehingga Allah menggerakkan kami untuk menolong kakakmu," pungkasnya.  .

Pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini kata Akhada adalah saling tolong menolong terutama pada yang yang memerlukan, walau kita juga kekurangan.

Kisah nyata diatas sejalan dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  yang disampaikan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَاللهُ في عَوْنِ العَبْدِ مَا كَانَ العَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الجَنَّةِ.  وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بهِ نَسَبُهُ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ بِهَذَا اللَّفْظِ.

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya di Hari kiamat.

Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat.

Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga.

Suatu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya.

Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya. (Muttafaq alaih).

Semoga cerita diatas dapat memberikan pelajaran dan semangat bagi umat muslim untuk tolong menolong dalam kebajikan.

Cuitan dokter Akhada di akun twitter pribadinya tersebut juga mendapat banyak respon positif bahkan banyak yang terharu setelah membaca kisah tersebut. (ndo)



 




Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.

Loading....