Laporan Wartawan : Ferdinandsyah Yusuf
BANDAR LAMPUNG – Sejak merintis usaha September 2008, Teteh Endang, asal Sumedang, Jawa Barat, berhasil membawa cita rasa tahu Sumedang ke Kota Bandar Lampung.
Ketekunan ibu tiga anak membuat bisnis kuliner warisan keluarga ini tetap bertahan hingga kini.
Awalnya, suami Teteh Endang memasarkan tahu goreng dengan cara dipikul berkeliling Kota Bandar Lampung.
Setahun kemudian, mereka memutuskan membuka kios tetap. Berkat saran keluarga, tahun 2009 berdirilah warung Tahu Sumedang di Jalan Imam Bonjol No.512, Langkapura, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung.
Kini, seluruh keluarga besar yang terlibat dalam usaha tersebut sudah berdomisili di Lampung, termasuk orang tua Teteh, Sunarya dan Ning, pemilik asli warisan tahu Sumedang dari Jawa Barat.
Teteh Endang mengaku tidak pernah merasa menjadi “bos” dalam usahanya. Seluruh pekerja adalah keluarga dekat.
“Naik turunnya omzet itu biasa. Tapi saya tidak pernah merasa sebagai bos, karena semua yang bekerja adalah keluarga,” ujarnya.
Usaha tahu Sumedang telah memiliki izin usaha dan sertifikat halal. Hal ini membuat tingkat kepercayaan konsumen semakin tinggi, sehingga pelanggan terus kembali menikmati tahu goreng dan tahu mentah produksinya.
Dari sisi lingkungan, Teteh memastikan limbah yang dihasilkan tidak berbahaya. “Limbah air hanya sisa cucian kedelai, tidak ada zat kimia.
Justru membuat ikan di sungai semakin banyak karena mengandung protein. Sedangkan ampas tahu kami kemas dalam karung untuk dijual sebagai pakan ternak,” jelasnya.
Saat ini, usaha Teteh Endang mempekerjakan 10 orang, termasuk anak-anaknya. Sebanyak 7 karyawan aktif bekerja setiap hari, dengan bayaran Rp100 ribu per orang per hari di luar fasilitas makan dan rokok.
Dari usaha tersebut, omzet harian mencapai sekitar Rp4 juta untuk tahu goreng dan Rp5 juta untuk produksi tahu mentah. Laba bersih yang diperoleh berkisar Rp1–2 juta dari tahu goreng dan sekitar Rp1 juta dari produksi tahu mentah.
Selain menjual langsung, Teteh Endang juga memberdayakan pedagang kecil dengan menyediakan gerobak dan pasokan tahu. Pola pembayaran seminggu sekali diterapkan untuk membantu perputaran modal para pedagang.
“Semangat untuk siapa pun yang sedang membangun usaha kecil maupun menengah. Kunci kesuksesan adalah konsisten, bertahan dalam usaha, karena ada kalanya ramai, ada kalanya sepi,” tutup Teteh Endang. (*)