Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 970x250
Budaya & HumanioraDaerahOlahraga

Dari Air Mata ke Emas: Perjuangan Vina Febriana Hasan yang Tak Mengenal Kata Menyerah

115
×

Dari Air Mata ke Emas: Perjuangan Vina Febriana Hasan yang Tak Mengenal Kata Menyerah

Share this article
Vina Febriana Hasan, momen itu lebih dari sekadar kemenangan.

Dari Air Mata ke Emas: Perjuangan Vina Febriana Hasan yang Tak Mengenal Kata Menyerah

Kudus, Berjayanews.com — Bibirnya lebam, keringat masih menetes di pelipis, dan air mata nyaris tumpah ketika lagu kebangsaan berkumandang di GOR Kalimutu, Kudus, Minggu (19/10/2025) malam.

Di lehernya, medali emas berkilau sebuah simbol dari perjuangan panjang yang nyaris kandas dua kali.

Bagi Vina Febriana Hasan, momen itu lebih dari sekadar kemenangan.

“Seperti mimpi,” ucapnya lirih, menahan haru.

Perjalanan Vina menuju podium tertinggi tidaklah mudah. Dua kali gagal menembus kualifikasi Pekan Olahraga Nasional (PON)—di Pekanbaru 2012 dan Jawa Barat 2016—sempat membuatnya berpikir untuk menyerah.

Namun, semangat itu kembali menyala ketika ia teringat pada cita-citanya sejak kecil: berdiri di podium tertinggi membawa nama Lampung.

“Saya ingin sekali naik podium. Makanya saya latihan lagi,” kenangnya.

Putri dari almarhum Masdin Hasan Basri, sosok yang pertama kali mengenalkannya pada olahraga Shorinji Kempo saat masih duduk di kelas 6 SD, akhirnya kembali menapaki jalan panjang menuju prestasi.

Antara Peran Ibu, ASN, dan Atlet

Di balik senyum manis dan tatapan percaya dirinya, tersimpan kisah lelah yang tak banyak diketahui.

Sebagai aparatur sipil negara (ASN) di Badan Keuangan Aset Daerah (BKAD) Pemkot Bandar Lampung, Vina harus pandai membagi waktu antara pekerjaan, latihan, dan perannya sebagai ibu bagi Aldevaro Zaykha Valendra, putra semata wayangnya yang baru berusia tiga tahun.

“Sebelum ngantor, saya latihan. Nanti pas pulang kerja, latihan lagi. Seringkali saat pulang, anak sudah tidur,” tuturnya lirih.

“Kadang mau nangis, tapi saya harus kuat.”

Di saat banyak orang memilih menyerah karena lelah, Vina justru menemukan kekuatannya di tengah kerinduan.

Emas untuk Keluarga dan Lampung

Begitu namanya diumumkan sebagai peraih emas di kelas >70 kg Randori Perorangan Shorinji Kempo, Vina menunduk haru. Dalam hatinya, ia mempersembahkan kemenangan itu bukan hanya untuk diri sendiri.

“Emas ini untuk suami saya, Mahendra, dan anak saya, Zaykha. Mereka yang selalu memotivasi saya untuk terus berjuang,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
“Juga untuk papa, mama, kak Adin (Alpha Edison), jajaran pelatih, dan seluruh keluarga besar Perkemi Lampung.”

Warisan Sang Ayah

Kecintaannya pada Kempo bukan kebetulan. Almarhum sang ayah, Masdin Hasan Basri, adalah sosok yang menanamkan semangat pantang menyerah dalam dirinya.

“Papa yang pertama kali ngajarin saya Kempo. Saya ingin anak saya nanti juga menggeluti olahraga ini,” katanya penuh harap.
“Saya ingin dia lebih baik dari bundanya.”

Sebelum medali emas di PON Beladiri Kudus ini, Vina sudah lebih dulu meraih perak dan perunggu di Porwil Bengkulu 2019. Tapi kali ini, emas terasa berbeda — karena diperjuangkan dengan seluruh tenaga, air mata, dan cinta.

Epilog: Emas yang Menginspirasi

Malam itu, di bawah gemerlap lampu GOR Kalimutu, Vina menatap medali di dadanya. Kilau emas itu bukan hanya pantulan cahaya, melainkan cermin dari perjuangan, keteguhan hati, dan cinta seorang ibu, atlet, sekaligus anak bangsa.

“Semua kerja keras ini terbayar. Ini bukan hanya medali, tapi bukti kalau mimpi tak pernah salah untuk diperjuangkan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *